Cerita Sex – Ngintip Tetangga Mandi (Dari Lubang Kecil ke Lubang yang Dalam)
1807Please respect copyright.PENANAq5nQ9yH7LA
Rumah kontrakan itu sudah Bastian tinggali selama dua tahun. Bangunannya tua, usang, dengan tembok yang begitu tipis sehingga suara bisikan pun bisa menembus. Bagi kebanyakan orang, ini mungkin dianggap sebagai kekurangan yang mengganggu privasi.
1807Please respect copyright.PENANAjnJJweKhEA
Namun, bagi Bastian, semua kelemahan struktural itu justru menjadi anugerah terselubung. Terutama, celah-celah rahasia yang berhasil ia temukan di berbagai sudut bangunan. Bastian memang seorang pengamat. Hobi mengintipnya bukan sekedar kebiasaan, melainkan sebuah ritual malam yang sudah mendarah daging.
1807Please respect copyright.PENANALZNaOUEqgc
Sejak lama, ia telah mengamati kehidupan para penghuni wanita di kontrak itu, menemukan setiap celah yang bisa memberikan pandangan sekilas ke kamar mandi atau kamar tidur mereka.
1807Please respect copyright.PENANANR63k7Gu57
Hampir semua tetangga perempuan pernah menjadi objek observasinya, siluet telanjang mereka terpantul samar di matanya. Namun, di antara banyak wajah yang pernah dilihatnya, ada satu sosok yang selalu paling dinantikannya, yang membuat jantungnya berdebar lebih kencang, dan napasnya tertahan: Mila.
1807Please respect copyright.PENANAkzNRceZPfw
Mila, penghuni kamar nomor tiga, memiliki resolusi keindahan yang eksotis dan memabukkan. Kulitnya bening seperti porselen, memancarkan kilau di bawah cahaya remang.
1807Please respect copyright.PENANAl6lHDN10Wy
Tetenya yang montok dan pantatnya yang bulat padat selalu menjadi fokus utama Bastian. Ia hafal setiap gerakan-gerik Mila saat mandi: mulai dari suara gemericik keran yang dibuka, uap yang mulai memenuhi ruangan, hingga sabun yang meluncur lembut di lekuk-lekuk tubuhnya.
1807Please respect copyright.PENANAoAFcwqGlwt
Lubang kecil didinding kamar mandinya yang langsung bersebelahan dengan kamar mandi Mila adalah jalur VIP pribadinya, tempat sakral yang selalu ia kunjungi.
1807Please respect copyright.PENANAe3s6n9Yxp4
Seringkali, Bastian melihat Mila menyentuh dirinya sendiri, jari-jarinya memilin putingnya yang menggumpal, desahan pelan yang hanya terdengar samar-samar menembus dinding tipis.
1807Please respect copyright.PENANAs5GgfcEM5t
Malam-malam itu, Bastian akan larut dalam fantasinya sendiri, tangannya bergerak ritmis di balik celana. Malam itu, seperti biasa, Bastian sudah berada di posisinya. Ia mengalokasikan ke kamar mandinya, mengunci pintu, dan mematikan lampu.
1807Please respect copyright.PENANAXMFFX9NoYA
Ketidakjelasan total menyelamatkannya, hanya menyisakan titik terang kecil dari lubang pengintaian. Suara air mengalir dari kamar mandi Mila menjadi melodi pengantar gairahnya.
1807Please respect copyright.PENANApY8HhcHKho
Ia bisa merasakan kehangatan yang keluar dari lubang, bukti bahwa Mila sudah memulai ritual mandinya. Melalui celah sempit itu, dunia Bastian menyempit menjadi fokus tunggal: siluet Mila yang mulai tampak. Air membasahi rambut panjang yang hitam legam, membuat tubuhnya semakin berkilau.
1807Please respect copyright.PENANAOemNTmR8d2
Uap panas mulai memenuhi kamar mandi Mila, menciptakan efek kabut yang sensual. "Sial, Mila," gumam Bastian dalam hati, suaranya tercekat. "Gila, ini dia." Seperti dugaannya, Mila kini berdiri membelakanginya, sabun melumuri punggungnya yang mulus. Bastian sudah mulai bergerak, sambil mencium masuk ke dalam celana dalamnya, jari-jemarinya menemukan kontolnya yang sudah menegangkan penuh.
1807Please respect copyright.PENANA6pIpuhfhPf
Nafasnya memburu, matanya terpaku pada pantat Mila yang basah dan licin. Puncak kenikmatan sudah di ujung mata, ia hampir mencapai pelepasan.
Namun, tepat saat gairah Bastian memuncak, sesuatu yang tak terduga terjadi. Atau, lebih tepatnya, sesuatu yang disengaja dan jauh lebih provokatif.
1807Please respect copyright.PENANAo58mAG0MNu
Tubuh Mila tiba-tiba menegangkan. Ia tidak langsung berbalik. Sebaliknya, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mengangkat kedua tangan. Sabun yang melumuri tubuh kini ia gunakan ke tetenya yang montok, memijatnya dengan sensual.
1807Please respect copyright.PENANArwbksH02S0
Jemarinya memilin putingnya, menjadikannya menonjol dan menonjol. Bastian melihatnya dengan jelas, puting Mila memerah, membesar, seolah mengundang sentuhan lebih. “Astaga, dia tahu,” bisik Bastian, nyaris tak bersuara.
1807Please respect copyright.PENANAvB8KRdbCB7
Jantungnya berdegup tak karuan, campuran antara rasa takut ketahuan dan euforia pembohong. Ia tahu Mila bukan cuma asal mandi; ini adalah pertunjukan.
1807Please respect copyright.PENANAeTrOsgS83m
Mila kemudian menunduk sedikit, mengambil sesuatu dari papan sabun kecil di bawah pancuran. Sebuah cermin bulat kecil.
1807Please respect copyright.PENANAeoKp0rC3xI
Dengan gerakan tenang, ia meletakkannya di atas papan sabun, memosisikannya sedemikian rupa agar bisa melihat bayangannya… dan tentu saja, bayangan dari lubang penempatan di dinding.
1807Please respect copyright.PENANAbSkntqALWu
"Anjing!" gumam Bastian, kaget namun terangsang luar biasa. "Dia sengaja! Sialan!" Mila kini bisa melihat mata Bastian yang tersembunyi di balik lubang, terpantul samar di cermin itu.
1807Please respect copyright.PENANAJFRWhHWLHB
Ia tersenyum tipis pada bayangan di cermin, senyuman yang begitu misterius namun penuh godaan. Senyum itu seolah berbicara langsung padanya, sebuah undangan tanpa kata. Lalu, tangan Mila bergerak turun.
1807Please respect copyright.PENANAthzDffSBpt
Dengan gerakan yang lebih lambat lagi, ia mulai mengusap lembut area di antara pangkal pahanya, membiarkan jemarinya menggosok perlahan di sana, seolah-olah sedang mencari sesuatu.
1807Please respect copyright.PENANAiqrWQ9dnOZ
Ia menunduk sedikit,pandangannya terarah ke bawah, seolah sepenuhnya larut dalam sentuhannya sendiri. Uap panas dari udara semakin memaksakan pandangan, namun Bastian bisa bersumpah ia melihat Mila sedikit melebarkan kakinya, memberi akses pandangan yang lebih jelas ke area memeknya.
1807Please respect copyright.PENANAzycbPcMACS
Sebuah desahan pelan, penuh kenikmatan, meluncur dari tepinya, nyaris tak terdengar namun terasa hingga ke relung terdalam fantasi Bastian. Suara gemericik air yang jatuh dari pancuran menjadi latar belakang bagi desahan halus yang kini lebih sering terdengar.
1807Please respect copyright.PENANAr3cXvYIeXE
“Ah, gila, Mila… kau membunuhku,” gumam Bastian, tangannya bergerak semakin cepat, mencoba menyamai ritme Mila yang kini semakin berani. "Ini lebih dari yang aku bayangkan... dia memancingku." Tepat ketika sentuhan Mila menjadi lebih intens, dan Bastian nyaris tak bisa menahan diri, tubuh Mila tiba-tiba menegang lagi. Kali ini, ia berhenti bergerak. Perlahan, sangat perlahan, ia memutar badannya.
1807Please respect copyright.PENANAynDTJJU2xj
Mata yang cokelat, kini tampak lebih gelap dan berkilat-kilat, langsung mengunci mata Bastian melalui lubang kecil itu. Bukan melalui cermin lagi, melainkan muncul langsung yang menembus rahasia. Jantung Bastian seperti berhenti berdetak. Keringat dingin membanjiri punggung. Sial! Ia tertangkap basah.
1807Please respect copyright.PENANAsMcq2g0WR0
Atau, lebih tepatnya, ia diundang untuk menangkap basah. Otaknya bekerja keras mencari alasan, tapi nihil. Wajahnya pasti sudah merah padam, dan rasa malu yang luar biasa mulai menyelimutii dirinya. Tapi Mila… Mila tidak marah. Bibirnya yang basah oleh air menyuguhkan senyum tipis, misterius, dan entah kenapa, sangat menggoda. Mata cokelatnya berkilat penuh arti.
1807Please respect copyright.PENANAsVjgZz6mrV
Lalu, ia melakukan sesuatu yang membuat Bastian terpaku. Dengan gerakan lambat yang penuh arti, Mila mengulurkan tangannya ke arah dinding pembatas. Ia tidak membuka pintu kamar mandi. Sebaliknya, ia mengetuk pelan dinding di dekat lubang pengintaian, dua kali.
“Ba?” Suara Mila terdengar, lembut namun jelas menembus dinding tipis itu. Ada nada geli dan sedikit godaan yang tersirat.
1807Please respect copyright.PENANAw7uiLqz5ff
“Kau masih di sana?” Bastian menelan ludah. Ia tak bisa menjawab. Seluruh tubuhnya membeku. “Kebetulan…” lanjut Mila, suaranya kini sedikit lebih keras, jelas ingin Bastian mendengarnya. “Aku juga suka mengintip kamu.” Ada jeda singkat, saat Bastian masih belum bergeming. "Bagaimana kalau kau datang ke kontrakanku sekarang, Bas? Aku akan menunggumu."
1807Please respect copyright.PENANASYe91G9cNA
Suara gemericik air di kamar mandi Mila berhenti. Bastian mendengar suara handuk yang digosokkan ke kulit, lalu hening. Ia tahu Mila sudah selesai mandi. Kata-kata Mila berputar di kepalanya. Datang ke kontrakanku sekarang. Apakah ini undangan? Jebakan? Hatinya berdebar gila. Tanpa berpikir panjang, dorongan yang lebih kuat dari rasa takutnya mengambil alih.
1807Please respect copyright.PENANAbMgul06qqC
Ia menarik diri dari lubang, dengan cepat merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan, dan mengunci pintu kamar mandi pribadinya. Ia keluar dari kamar dan berjalan melewati lorong yang remang-remang menuju kamar Mila, kamar nomor tiga.
1807Please respect copyright.PENANAwcR3kssPNt
Setiap langkah terasa berat, namun ada dorongan tak terlihat yang menariknya. Di depan pintu kamar Mila, Bastian berhenti. Pintu itu agak terbuka, mengundang. Ia mendorongnya pelan. Gelap. Kamar Mila gelap, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu jalan yang menembus tirai tipis.
1807Please respect copyright.PENANAYFwwsUQCGf
Aroma sabun dan wangi tubuh Mila yang khas menyeruak, lebih kuat di sini. Bastian melangkah masuk perlahan, matanya mencoba beradaptasi dengan kegelapan. “Mila?” panggil Bastian ragu. Sebuah suara serak terdengar dari arah kamar mandi yang terbuka. “Masuk, Bas.Aku di sini.”
1807Please respect copyright.PENANA1xTTFAYLM0
1807Please respect copyright.PENANA7AP9VfVTs3